Jumat, 04 Maret 2011

JATUH CINTA DENGAN SRI MULYANI





JATUH CINTA DENGAN SRI MULYANI


Alpagatani, pertengahan 2010

Aku bukanlah seorang ahli politik apalagi ahli dalam bidang keuangan seperti Ibu Sri Mulyani yang mengambil salah satu jenjang pendidikan di negri Paman Sam. Negara Idonesia yang begini besar dan luas lagi kaya akan morat-marit menjadi serbuan penjajahan di bidang ekonomi jika saja yang menjadi mentri keuangan adalah paman saya yang menjabat sebagai lurah kampung berijazah hanya sekolah dasar. Dan kalaupun yang menjadi menteri keuangan adalah seorang mahasiswa jurusan FKIP seperti saya, wah, seperti kata Bang Mizwar: “apalah kata dunia”.

Cerita ini bermula dari perkenalan saya yang pertama dengan Ibu Sri Mulyani pada sebuah wawancara yang diadakan eksklusif oleh sebuah stasiun TV (beliau berada dalam TV dan saya menontonnya sambil berbaring), dimana pada kali pertama itu juga saya di buat jatuh cinta. Tentu saja namanya adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Walau saya sangat mengharapkan agar kelak bisa bersanding dengan seorang wanita solehah yang berjiblab juga berakhlak mulia (agar anak kami kelak mempunyai contoh dalam bersikap dan bertingkah laku karena terus terang saja meski saya sudah bekerja sabagai guru honorer tapi kelakuan masih seperti anak-anak yang mencintai kebebasan berperilaku) namun tidak bisa dipungkiri kalau kecerdasan Ibu Sri Mulyani yang tidak dibalut pada sebuah jilbab anggun telah membuat hati ini jatuh. Yah, yang namanya cinta tidak mempunyai batasana dimana mau menjatuhkannya.

Ketika sedang asiknya menyimak ulasan-ulasan tentang kasus yang sedang ditanganinya, Bank Century, dan juga ulasan-ulasan tentang beberapa program keuangan yang sedang dijalankan saya dengan tegas mengambil kesimpulan bahwa sangatlah tidak berkacanya diri ini jika melakukan demo negatif terhadap kinerja beliau. Wah, Indonesia ini sangat luas teman. Jangankan untuk membuat sejahtera Indonesia seluruhnya membuat sejahtera keluarga kita saja rasanya sangat sulit. Sehingga sangatlah tidak lucunya ketika saya mendemo menetri keuangan dimana saya sendiri buta sama sekali untuk yang namanya sistem persaingan ekonomi global.

Begitu sangat sulitnya sistem perekonomian yang sedang di hadapi oleh bangsa yang kaya ini. Semua itu disebabkan oleh kekayaan bangsa kita sendiri yang amatlah melimpah ruah sehingga membuat para penjajah berdatangan. Bukan saja dari luar negri tapi juga dari dalam negri kita sendiri. Lihatlah betapa banyak para ahli politik yang menjadikan dirinya ahli hanya dalam watu singkat sedangkan Nabi Muhammd yang notabene sudah di akui oleh dunia kejeniusannya harus mengasah kecerdasan politiknya selama bertahun-tahun. Nah, pada bangsa kita banyak para ahli yang menjadi ahli hanya dengan bermodal pasang poto di jalanan sebagai calon legislatif misalnya lalu tebar senyum dan janji dan pada akhirnya terpilih di hari pencontrengan. Para ahli dadakan in sangat di sesalkan oleh Ibu Sri Mulayani dapat dilihat dari diskusi yang dilakukan oleh sejumlah anggota dewan kepada beliau. Banyak terlihat para wakil rakyat yang mengajukan pertanyaan dimana justru pertanyaan tersebut membuka kedoknya sendiri bahwa dia sama sekali buta dalam bidang keuangan. Orang yang buta dalam bidang keuangan bagaimana bisa mengambil kesimpulan bahwa tindakan yang sudah dilakukan oleh seorang ahli keuangan adalah salah?! Bagaimana bisa seorang buta mengatakan bahwa warna daun kelapa yang muda adalah putih sedang di sendiri malah tidak tau warna putih itu bagaimana. Celakanya orang buta tadi dengan bicaranya yang memotivasi berhasil menggondol masa untuk sama-sama turun kejalan sambil membawa spanduk besar yang bertuliskan: warna daun kelapa adalah putih.

2 komentar:

  1. Wah bagus sekali pak guru tulisannya. dan memang bener sih, kebanyakan dari yang demo (dan mungkin termasuk saya sendiri) lebih gampang kebawa omongan2 yang provokativ :D

    BalasHapus
  2. Makasih ya udah mampir.
    Salam kenal dan persaudaraan..

    BalasHapus