Minggu, 20 Februari 2011

Tangisan Bumi Pertiwi



Tangis Bumi Pertiwi

Karya: Alpagatani
Banjarmasin, 22 April 2010


Indonesia sejak dulu kala selalu di puja-puji bangsa. Disana tempat lahir beta. Dibuai di besarkan bunda tempat berlindung di hari tua sampai akhir menutup mata.
Itulah salah satu lagu yang sangat saya senangi, selalu di nyanyikan manakala hati gundah gulana. Merdeka…!!! HARAM MANYARAH WAJA SAMPAI KAPUTING…!!!

Betapa mahal harga kemerdekaan ini saudaraku. Betapa mahal nyawa para pejuang baik yang mati tertikam peluru maupuan yang mati karena memang tidak bisa berkelahi. Bayangkan saja, para petani yang taunya hanya nyangkul sambil berdendang tiba-tiba menjadi parajurit yang harus melindungi negaranya. Dari keseharian yang penuh cinta menjadi hari-hari yang berjalan penuh kewaspadaan.

Sekarang bangsa kita yang telah berpuluh tahun merdeka ternyata masih dijajah..!!! Di jajah oleh perbudakan amoral. Dari itu generasi muda banyak yang berpacu terjun lalu jatuh pada jurang keterpurukan akhlak. Jatuh dengan menyisakan darah pada perkembangan peradaban. Peradaban penuh dendang dan tarian kasih sayang
terluka-luka sudah.

Teriakan merdeka penuh semangat dari para pejuang bahari ternyata merupakan pintu gerbang kepada derasnya pengaruh budaya yang justru sangat tidak diinginkan pejuang kita untuk masuk melalui pintu manapun dari bangsa ini.

Kata mereka, yaitu orang-orang sekarang, pendidikan adalah kunci kepada terangkatnya bangsa dari perbudakan amoral. Kata mereka, yaitu orang-orang sekarang, pendidikan di buat agar tidak ada lagi gadis-gadis yang hamil diluar nikah. Semua bohong besar…!!! Riset penuh airmata membuktikan betapa banyak pelajar mahasiswa melakukan pernikahan tanpa wali apalagi saksi kecuali dua pasang tubuh yang berlainan jenis di antara sela-sela nafas intelektual kampus. Dan bahkan si Fitri yang terkenal kuat dalam agama hampir terperosok jatuh kedalamnnya. Jika tidak segera menyadari bahwa segel kehormatannya tidak dapat diganti.

Kata mereka, yaitu orang-orang sekarang, dengan menguasai pendidikan terutama ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa kita akan jauh lebih bermartabat. Semua bohong besar…!!! Lagi-lagi kebohongan amat besar telah dilakukan. Ketika ilmu pengetahuan dan teknolgi kering dari seni, cinta dan norma agama maka pendidkan bertujuan tidak lain dan tidak bukan adalah hanya untuk memuaskan dua nafsu, perut dan kelamin. Tidak….!!! (berteriak penuh perasaan yang hancur). Sesungguhnya pendidikan tanpa hakikat agama adalah sebuah pelacuran…

(menenangkan diri lalu menagis tersedu, menyesal)
Ma’afkan saya jika berbicara seperti ini. Sungguh ini semua bukan keinginan saya. Saya juga di perintah. Di perintah pada yang bernama panggilan sebelum mati. Saya ingin sebelum mati agar kiranya sempat mengeluarkan apa yang selam ini bumi pertiwi tangiskan meski semua keluar dari mulut yang busuk. Tidak sanggup juga rasanya untuk meluahkan tangisan ini. Meski kuping memerah, biarlah asal pembuluh darah tidak pecah…!!!

(berubah garang)
Sekarang simak…!!! Kalian telah melihat airmataku. Seperti sudah kubilang itu adalah airmata bumi pertiwi yang setelah susah payah mencapai kemerdekaan sekarang justru dihina keperawanannya. Dengan kata merdeka para pejuang membuka lahan bagi dunia pendidikan dan dengan kata merdeka pula kita lacurkan pendidikan itu sendiri. Siapakah kita yang hanya membuka kesempatan belajar bagi anak-anak yang pintar melalui tes masuk. Siapakah kita yang seenaknya mengeluarkan anak dari sekolah manakala mereka melakukan kekhilafan. Bukankah untuk pintar butuh proses..?!! Bukankah untuk berakhlak mulia butuh waktu dan proses…?!!! Pendidikan bukan mie instan yang tinggal disiram air panas langsung bisa dimakan. Pendidikan memang didedikasikan hanya dan untuk pengabdian bukan bisnis wahai penghuni bumi, bukan bisnis, bukan bisnis…. Tidak…!!! Sungguh apakah kalian mendengar bahwa pendidikan bukan bisnis. Pada masa-masa HARDIKNAS ini aku sang bumi pertiwi atas dasar keperawananku bersumpah bahwa Pendidikan bukan bisnis. Hentikan…. Hentikan….

Ketika pendidikan dilacurkan maka tertuplah pintu-pintu bagi anak bangsa yang ingin membenahi dirinya. Tertutup sudah pintu-pntu bagi anak bangsa yang bodoh lagi miskin untuk pintar dan kaya. Tertutup sudah bagi anak bangsa pendosa untuk memperbaiki akhlaknya…. PARA BERANDAL MUDAKU, PARA COPET MUDAKU, PARA PELACUR MUDAKU, MA’AFKAN AKU, KARENA PINTU KESABARAN PENDIDIKAN TIDAK CUKUP BESAR UNTUK KALIAN MASUKI….MESKI KEPERAWANANNYA TELAH TERNODA…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar